Menteri Kesehatan Menekankan Pentingnya Akuntabilitas Pemerintah Daerah dalam Menanggulangi HIV, TBC dan Malaria pada The Global Fund 7th Replenishment Conference

Bagikan Artikel

New York (18/9/2022) The Global Fund Seventh Replenishment Conference telah berlangsung di New York, Amerika Serikat. The Global Fund mengumpulkan dan menginvestasikan dana dalam siklus tiga tahun sekali, kegiatan ini disebut sebagai Replenishment. Sistem ini dimulai pada tahun 2005 dengan tujuan agar pendanaan yang diberikan kepada negara-negara penerima dapat lebih stabil dan terprediksi sehingga program dapat berjalan dengan sistem yang berkelanjutan. Siklus mobilisasi sumber daya replenishment ke-6 sudah berlangsung dari 2020-2022 dan akan berakhir tahun ini. Pada bulan September 2022, Global Fund meluncurkan siklus penggalangan dana replenishment ke-7 yang akan berlangsung dari 2023-2025.

Selama 20 tahun terakhir, kemitraan The Global Fund telah menginvestasikan lebih dari US$55 miliar, menyelamatkan 44 juta jiwa dan mengurangi angka kematian gabungan dari HIV, TBC, dan malaria hingga lebih dari setengahnya di negara-negara tempat Global Fund berinvestasi. Tapi, saat ini krisis sedang berlangsung kembali. Untuk itu, The Global Fund menyerukan kepada dunia untuk memperjuangkan apa yang penting (fight for what counts) dan memobilisasi dana sebesar US$18 miliar. Dana ini akan menyelamatkan 20 juta nyawa, mencegah lebih dari 450 juta infeksi penyakit, dan memperkuat sistem untuk kesehatan dan kesiapsiagaan pandemi.

Sejak tahun 2003 hingga 2023, Indonesia mendapat alokasi hibah The Global Fund sebesar USD 1,45 Miliar (Rp 20,89 Triliun) yang diberikan kepada Principal Recipient (PR) yaitu Kementerian Kesehatan dan komunitas. Saat ini investasi The Global Fund untuk Indonesia merupakan yang terbesar ke-2 di Asia setelah India. Besarnya dana sesuai dengan beban penyakit dan tingkat ekonomi. Saat ini Indonesia berada pada posisi Middle-Level-Income Country dengan beban penyakit yang masih tinggi.

Dalam lima tahun terakhir (2017-2021), The Global Fund merupakan satu dari tiga donor hibah luar negeri terbesar di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan kisaran total nilai hibah pada periode 2021-2023 sebesar Rp 4,1 Triliun untuk program penanggulangan HIV/AIDS, tuberculosis, dan malaria. Dalam pengendalian HIV AIDS, dukungan The Global Fund sangat membantu peningkatan pelayanan HIV, penemuan kasus, pengobatan ARV dan perawatan bagi ODHIV, serta kerja sama dengan LSM dan komunitas dalam penyuluhan lapangan. Terjadi peningkatan jumlah fasilitas layanan HIV dari 500 layanan tes HIV dan 303 layanan pengobatan di 2011 menjadi 10.541 layanan tes HIV dan 2.685 layanan pengobatan di bulan Juni 2022. Peningkatan jumlah fasilitas layanan tersebut meningkatkan jumlah ODHIV yang ditemukan dan diobati, dari kumulatif 76.879 ODHIV ditemukan dan 24.410 ODHIV sedang berobat di 2011 menjadi kumulatif 473.005 ODHIV ditemukan dan 163.562 ODHIV sedang berobat pada akhir Juni 2022.

Dukungan The Global Fund terhadap program Tuberkulosis di antaranya adalah sebagai berikut;

  • Pengadaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama dan lini kedua senilai lebih dari 20 juta USD pada periode 2021-2023
  • Pengadaan obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) senilai 4.9 juta USD pada periode 2021-2023
  • Pengadaan sebanyak lebih dari 4000 alat diagnosis mikroskopis, 831 alat diagnosis molekuler (TCM), serta alat penunjang laboratorium dan masker
  • Peningkatan kapasitas staf di tingkat Pusat, Provinsi dan Kab/kota serta tenaga kesehatan di FKTP dan FKTRL lebih dari 300 orang tiap tahunnya
  • Pelaksanaan kegiatan optimalisasi penemuan kasus tuberkulosis di 950 rumah sakit yang terletak di 350 kabupaten.
  • Akselerasi penemuan kasus TBC melalui penguatan jejaring layanan TBC yang melibatkan fasyankes pemerintah dan swasta di 80 Kabupaten/kota pada 19 Provinsi dengan beban kasus TBC tinggi dan jumlah fasyankes swasta yang banyak.

Tidak hanya mendukung program Tuberkulosis, The Global Fund juga mendukung program Malaria. Dukungan The Global Fund terhadap program Malaria diantaranya adalah sebagai berikut;

  • Pemeriksaan lebih dari 20 juta kasus dengan mikroskop dan/atau Rapid Diagnostic Test (RDT);
  • Skrining malaria untuk lebih dari 1 juta ibu hamil yang tinggal di daerah endemis tinggi selama kunjungan ANC pertama mereka;
  • Setidaknya 3.000 pos malaria didirikan dan tenaga malaria telah dilatih: Dokter dan Paramedis untuk manajemen kasus, Analis / Mikroskop untuk diagnosis, ahli entomologi untuk program pengendalian vektor, dan pengelola program.
  • LLIN yang didistribusikan lebih dari 27 juta buah di daerah endemis tinggi malaria;
  • Kader Malaria desa untuk kabupaten endemik sangat tinggi di Papua.

Hibah The Global Fund turut mendukung pemerintah Indonesia dalam penanggulangan Covid-19 melalui penguatan deteksi melalui genome sequencing pada periode 2021-2023.

  • Pada tahun pertama, laboratorium sekuensing menerima pelatihan, bahan habis pakai, dan reagen untuk pemeriksaan genomik SARSCOV2;
  • Pada tahun kedua, laboratorium sekuensing akan mendapatkan pengembangan kapasitas untuk memeriksa genomik TB, khususnya antibiotik resistan TB;
  • Kedepannya Laboratorium Genomik sekuensing akan tergabung dalam surveilans penyakit berbasis genomik;
  • Peralatan sekuensing juga akan digunakan untuk pengembangan layanan di rumah sakit;
  • Terkait dengan pasien TB juga akan dilakukan pengembangan deteksi untuk HIV dan juga penyakit komorbid lain seperti diabetes;
  • Alat yang disediakan juga digunakan untuk deteksi kasus hepatitis acute with unknown etiology dan pada kasus acute kidney failure.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin merupakan salah satu narasumber yang menghadiri The Global Fund Seventh Replenishment Conference ini. Di hadapan para peserta pertemuan ini, Menteri Kesehatan menekankan beberapa hal penting dalam penanganan HIV, TBC dan Malaria khususnya di Indonesia, yaitu:

  • Akuntabilitas para pemerintah daerah adalah kunci keberhasilan Indonesia atasi HIV, TBC dan Malaria dalam sistem kesehatan yang terdesentralisasi di tanah air; 
  • Global Fund sejak 2003 telah menjadi mitra pembangunan kesehatan khususnya HIV, TBC dan Malaria di Indonesia. Dukungan terkini Global Fund adalah dengan membantu Kementerian Kesehatan dalam membangun kapasitas genomic sequencing untuk identifikasi virus dan bakteri yang lebih akurat;
  • Pada akhir tahun 2022, kapasitas genomic sequencing di tanah air jumlahnya direncanakan akan ada 57 mesin, termasuk yang didukung oleh Global Fund. Mesin-mesin ini akan tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.

Melalui filantropis di tanah air, yaitu Tahir Foundation, Indonesia telah berkontribusi melalui mekanisme pengisian kembali The Global Fund, yaitu pada Siklus Replenishment 2014-2016 dengan USD 10,9 juta pledge The Global Fund, 2017-2019 dengan USD 38,2 juta pledge, dan 2020-2022 USD 30 juta pledge. Untuk siklus/periode replenishment 2023-2025, Indonesia akan kembali berkontribusi.

Replenishment Ketujuh Global Fund adalah kesempatan dunia untuk menghadapi tantangan dan mengambil tindakan berani untuk melindungi semua orang di seluruh dunia dari penyakit menular yang paling mematikan. Dalam dua tahun terakhir, telah terlihat secara nyata bagaimana pandemi lama dan baru berinteraksi. COVID-19 telah menjadi bencana bagi mereka yang paling terpengaruh oleh HIV, TB dan malaria. Jika target investasi baru ini tidak terpenuhi, maka lebih banyak orang akan meninggal karena pandemi dan berisiko terhadap ancaman kesehatan di masa depan.

Sumber: https://www.theglobalfund.org/en/seventh-replenishment/

Editor: Windy Oktavina, Dinda Anisa Rakhmawulan, Farah Alphi Nabila

Berlangganan newsletter TBCIndonesia

Dapatkan update seputar Tuberkulosis di Indonesia

Artikel Lainnya