Monitoring dan Evaluasi Program TBC 2021 Serta Sosialisasi Petunjuk Teknis cDST

Bagikan Artikel

SOLO – Pada Selasa-Jumat, tanggal 7-10 Desember 2021 telah diselenggarakan kegiatan Pertemuan Monitoring Evaluasi Program Tuberkulosis (TBC) Nasional dan Sosialisasi Petunjuk Teknis Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan TBC (CDST). Kegiatan ini mengundang lebih dari 200 peserta baik dari tingkat pusat dan provinsi di seluruh Indonesia, perwakilan lembaga, mitra TBC, serta lintas program dan lintas sektor.
Kegiatan yang diselenggarakan secara luring ini turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS seraya membuka secara resmi kegiatan ini dengan arahan dilanjut dengan pemukulan gong.
“Jadikan Perpres TBC 67/2021 sebagai kunci penguatan dan acuan untuk penanggulangan TBC mulai dari penguatan program, pencegahan dan pengobatan, intensifikasi penemuan kasus, pelibatan multisektor, peningkatan penelitian dan inovasi.” pesan beliau dalam pidato pembukaannya.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid dalam laporannya juga berpesan agar kita dapat menemukan dan mengobati secara tuntas, juga memberikan terapi pencegahan pada orang terdampak TBC untuk menanggulangi TBC di Indonesia.
“Yang terpenting adalah bagaimana kita mendapatkan jumlah kasus TBC yang belum ditemukan dan mengobati yang sudah ditemukan sampai sembuh.” ungkap beliau.
Tidak lupa, kegiatan ini juga disambut hangat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dr. Yulianto Prabowo, M.Kes melalui sambutan selamat datang di Kota Solo sambil menceritakan bagaimana sejarah TBC bisa hadir di Indonesia yang tergambar pada relief Candi Borobudur.

Evaluasi dan monitoring capaian program TBC

Pada hari kedua kegiatan ini dimulai pemaparan-pemaparan terkait evaluasi kegiatan program TBC tahun 2021, evaluasi indikator program dan serapan budget program TBC, dan sosialisasi dukungan anggaran tambahan untuk kegiatan program TBC tahun 2022 yang disampaikan oleh perwakilan masing-masing dari Substansi TBC Kementerian Kesehatan RI. Kemudian dilanjutkan dengan umpan balik dan rekomendasi kegiatan FOV TWG TBC tahun 2021 dan Dukungan ADINKES dalam program TBC dan panel presentasi penanggulangan TBC di masa pandemi Covid-19 dari masing-masing perwakilan provinsi antara lain kegiatan bidirectional 3T di Provinsi Sulawesi Barat, Desa Siaga TBC di Kabupaten Garut dan Kabupaten Mamuju, serta praktik baik program pengendalian TBC di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Sementara di ruangan lain sedang berlangsung Sosialisasi Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan TBC dan Rencana Pengembangan Laboratorium CDST. Hal-hal yang dibahas antara lain situasi terkini, evaluasi indikator kinerja utama, update teknis laboratorium biakan, perubahan jenis obat dalam pemeriksaan dan sertifikasi paket standar uji kepekaan TBC, serta rencana pelaksanaan dan kebutuhan jenis obat tahun 2021 dan 2022.
Kegiatan Monev TBC ini biasanya dilaksanakan setiap dua kali dalam setahun dalam rangka meningkatkan capaian indikator program TBC tahun 2021, untuk mengevaluasi kegiatan akselerasi program TBC melalui surveilans aktif dan penemuan kasus secara aktif yang fokus dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2021. Ditambah dengan penguatan jejaring laboratorium khususnya laboratorium rujukan CDST sebagai sarana diagnosis, pemantauan pengobatan dan memastikan keberhasilan pengobatan pasien TBC RO melalui penyediaan petunjuk teknis yang aplikatif di lapangan.

Diskusi Tematik TBC: Perkaya Strategi untuk Mencapai #EndTB

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelompok pada hari ketiga yang mana peserta dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok membahas penemuan, pengobatan, dan pencegahan TBC dilanjut dengan diskusi tematik yang masing-masing membahas antara lain topik surveilans aktif, penemuan kasus aktif, pelibatan pemangku kepentingan, alur diagnosis TBC, dan implementasi SITB.
Diskusi ini menghasilkan bahwa dalam meningkatkan capaian program TBC diperlukan strategi yakni pada penemuan atau notifikasi kasus TBC perlu adanya integrasi dengan layanan dalam penemuan kasus pasif, penemuan kasus aktif dan pengembangan sistem.
Pada diskusi tematik topik keberhasilan pengobatan didapatkan input terkait permasalahan early dropout dan lost to follow up. pada topik regulasi terkait program TBC harus dipastikan sinkronisasi antar dokumen regulasi, revisi dan turunan regulasi untuk mendukung Perpres TBC 2021. Alur diagnosis dan pengobatan TBC perlu meningkatkan sosialisasi dan akses yang lebih luas. Pelibatan multi pihak penting untuk melibatkan organisasi yang sudah ada di masyarakat. Implementasi SITB diperlukan kemudahan akses, regulasi data, dan ketersediaan SDM, dan pada topik PPM, perlu adanya MoU program TBC. Untuk hasil lengkap diskusi dapat diakses dengan klik link berikut.
Sesi terakhir ditutup dengan pembacaan hasil kegiatan dan rencana tindak lanjut kegiatan. Pada sesi penutup, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid berpesan agar setelah kegiatan ini kita semua dapat menjadi pasukan militan untuk penanggulangan TBC, tidak hanya bakterinya yang resistan tetapi kita juga harus Tangguh menanggulangi TBC. Tidak lupa juga untuk meningkatkan komunikasi sebagai kunci keberhasilan dari kerjasama dan kolaborasi.
Akses Materi Monev TBC disini

Berlangganan newsletter TBCIndonesia

Dapatkan update seputar Tuberkulosis di Indonesia

Artikel Lainnya