Upaya Penghilangan Stigma TBC melalui Talkshow dan Nobar Film Nafas Harapan

Bagikan Artikel

(Jakarta, 14/7) Stigma pada pasien TBC masih terasa sampai saat ini. Sebagai upaya penghilangan stigma, Kementerian Kesehatan dan mitra membuat film berjudul “Nafas Harapan”. Film Nafas Harapan ini menggambarkan tentang seorang pasien yang terjangkit TBC dalam menjangkau pelayanan TBC, melaksanakan pengobatan TBC hingga selesai dan menyikapi berbagai tantangan sosial ekonomi yang harus dihadapinya, termasuk dengan rumah sehat. Sebab rumah sehat bagi pasien TBC adalah lingkungan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pencegahan dan pengendalian TBC.

Untuk meningkatkan pemahaman terkait stigma pada pasien TBC dan kebutuhan rumah sehat untuk menunjang proses penyembuhan pasien TBC, Kementerian Kesehatan melaksanakan Talkshow dan Nonton Bareng Film Nafas Harapan di Cinema XXI Epicentrum, Jakarta. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, memberikan sambutan dan arahan pembukaan kegiatan ini. Selain itu, acara ini juga dihadiri langsung oleh Bapak dr. Imran Pambudi, MPHM sebagai Direktur P2PM, Ibu Tiffany Tiara Pakasi, MA sebagai Ketua Tim Kerja TBC, Ketua Pengurus Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan TBC (KOPI TB) Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Komunitas TBC, hingga kader TBC.

Dalam sambutannya, Bapak Dirjen P2P menyampaikan bahwa penanggulangan TBC di Indonesia sudah lebih dari 7 dasawarsa yang lalu oleh Pemerintah, jajaran tenaga kesehatan, dan lapisan masyarakat. Presiden Indonesia dan para pemimpin dunia sepakat untuk mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030. Dengan mengeluarkan kebijakan Pepres 67 Tahun 2021 adalah penegasan kembali tentang komitmen Presiden dan Pemerintah RI untuk mensukseskan Penanggulangan TBC.

Tidak sedikit kendala yang terjadi dalam pencapaian target Eliminasi TBC tahun 2030. Seperti belum tercapainya target penemuan kasus TBC dan keberhasilan pengobatan TBC. Selain itu terdapat tantangan stigma dan diskriminasi, isu gender terkait TBC, ketersediaan dan akses layanan TBC, serta ketidaksetaraan sosial terkait TBC. Faktor penting yang dapat mendukung keberhasilan Indonesia dalam mengakhiri TBC adalah dengan adanya media dan pesan KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang efektif dan efisien dan mampu meningkatkan pemahaman dan mampu mengubah stigma masyarakat dan tenaga kesehatan dalam penanggulangan TBC.

“Di era kemajuan teknologi informasi ini, dengan adanya platform digital atau media elektronik, termasuk online, kita mempunyai peluang besar untuk menyebarkan pesan-pesan kesehatan, termasuk pesan Penanggulangan TBC, dengan lebih cepat, mudah, efektif dan efisien serta menjangkau target audience yang lebih luas dari seluruh lapisan masyarakat. Tentu dengan syarat bahwa media dan pesan yang disampaikan (1) dapat menarik perhatian masyarakat luas, (2) dapat dipahami serta mampu mengubah sikap dan perilaku, (3) dapat dipraktekkan dan (4) dapat memberi dampak positif pada peningkatan capaian sasaran atau target program.” disampaikan oleh Bapak Dirjen P2P.

“Saya berharap agar Film Pendek Dokumenter Berjudul Nafas Harapan yang akan segera kita saksikan pada acara ini memenuhi semua atau sebagian besar dari kriteria media dan pesan yang efektif, efisien, mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta memberi dampak positif pada peningkatan capaian target-target program.” Tutupnya.

Penulis: SSH & CRP

Editor: Windy Oktavina, Dinda Anisa Rakhmawulan, Farah Alphi Nabila

Berlangganan newsletter TBCIndonesia

Dapatkan update seputar Tuberkulosis di Indonesia

Artikel Lainnya