Bedah Film “Nafas Harapan” Untuk Melawan Stigma Negatif Pasien TBC

Bagikan Artikel

Jakarta (19/3), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular menggelar bedah film yang berjudul “Nafas Harapan” di Auditorium Dr. Herman Sudilo,, MPH Direkorat Jendral Tenaga Kesehatan Jakarta, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terkait stigma pada pasien TBC dan kebutuhan rumah sehat untuk menunjang proses penyembuhan pasien TBC serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit tersebut.
Kegiatan yang merupakan kolaborasi Kementerian Kesehatan dengan Bakrie Center Foundation sebagai community & media partner ini turut dihadiri oleh dr. Imran Pambudi, MPHM selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Jimmy Gani selaku CEO Bakrie Center Foundation, dr. Tiffany Tiara Pakasi selaku Ketua Tim Kerja TBC, Ns. Murniaty S.Kep Petugas TBC Puskesmas Kecamatan Senen, Budi Hermawan Ketua POP TB, Indah Lestari Penyintas TBC, Gautama Director Film Nafas Harapan, Ar. B. Evita Sekarsari, ST, M.Ars., IAI Koordinator Wilayah Jakarta Yahintara.

Melalui sambutannya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Imran Pambudi, MPHM, mengatakan bahwa “Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang sudah ada sejak beberapa abad lalu dan hingga saat ini masih menjadi beban penyakit secara global, utamanya pada negara berkembang. Indonesia menyumbang angka kasus penyakit TBC kedua tertinggi di dunia”. Berdasarkan Global TB Report 2023, diestimasikan terdapat 1.060.000 kasus TBC baru setiap tahunnya.

Terdapat beberapa kendala yang terjadi dalam melakukan capaian target Eliminasi TBC tahun 2030. Lama pengobatan yang menyebabkan rasa jenuh dan munculnya efek samping obat, merupakan beberapa penyebab ketidak patuhan pasien dalam menyelesaikan pengobatan hingga tuntas. Selain itu terdapat tantangan lain seperti masih banyaknya stigma dan diskriminasi, isu gender terkait TBC, ketersediaan dan akses layanan TBC, kondisi ekonomi serta ketidaksetaraan sosial terkait TBC.
Faktor penting yang dapat mendukung keberhasilan Indonesia dalam mengakhiri TBC adalah dengan adanya media dan pesan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang efektif dan efisien dan mampu meningkatkan pemahaman dan mampu mengubah stigma masyarakat dan tenaga kesehatan dalam penanggulangan TBC.
Bapak Direktur P2PM menyampaikan bahwa “Melalui media sosial dan kontribusi langsung pada masyarakat, kaum muda berpotensi untuk dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akan bahaya TBC sekaligus mengurangi stigma atau kesalahpahaman tentang TBC di lingkungan keluarga, teman sebaya, dan masyarakat sekitar.” Ujarnya

Harapannya mahasiswa magang dan seluruh peserta yang hadir dalam acara Bedah Film “Nafas Harapan” ini dapat mengambil pesan kunci terkait awareness mengenai pencegahan dan pengendalian TBC serta mendapat ilmu baru terkait proses pembuatan film yang baik. Indonesia membutuhkan gerakan yang lebih besar dalam mewujudkan eliminasi TBC 2030. Eliminasi TBC tidak bisa dihentikan hanya dari sektor kesehatan, namun diperlukan peran serta multi-sektor termasuk pelibatan anak muda untuk menanggulangi TBC (SSH/NDA).

Editor: Sarah Nadhila Rahma, Dinda Anisa Rakhmawulan, Farah Alphi Nabila

Berlangganan newsletter TBCIndonesia

Dapatkan update seputar Tuberkulosis di Indonesia

Artikel Lainnya