Pertemuan Koordinasi Akhir Program SR Khusus LKNU bersama Stakeholder dan CSO TB

Bagikan Artikel

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah global hingga sekarang. Sebagai penyakit menular, TBC menjadi pembunuh yang paling mematikan di dunia. Setiap hari, lebih dari 4.000 orang kehilangan nyawa karena TBC dan hampir 30.000 orang jatuh sakit disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan ini. Pada tahun 2019, WHO menyatakan masih 10 juta orang sakit TBC, dan 1,2 juta meninggal karena TBC dan ditambah 251 ribu meninggal dengan HIV positif.

Indonesia termasuk delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia, Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 845.000 dengan kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam. Mengingat tingginya kasus dan beban kematian akibat tuberkulosis, dunia telah berkomitmen untuk bebas TBC pada tahun 2050.

Pada hari Rabu, 2 Desember 2020, di Hotel Santika Premiere Kota Harapan Indah, Bekasi, dilaksanakan pertemuan Koordinasi Akhir Program SR Khusus LKNU bersama Stakeholder dan CSO TB. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, saat ini LKNU telah memasuki bagian akhir dari program “TBC Community Engagement LKNU” . Selama periode 2018-2020, LKNU telah berperan mendukung pemerintah dalam mencapai target eliminasi TBC sebagai Sub-Recipient (SR) khusus Subdit TB-Kemenkes RI. Berbagai program yang telah didukung oleh LKNU seperti penemuan kasus TBC melalui kegiatan investigasi kontak, pendampingan pasien TBC, serta advokasi penyiapan dukungan untuk program TBC. Keberhasilan yang diraih tentunya tidak terlepas dari kerjasama tim LKNU yang berjalan baik, mulai dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Serta kontribusi kader, Patient Supporter (PS), Manajer Kasus (MK), dan juga segenap CSO yang terlibat sebagai mitra aktif penggiat TBC.

Seiring telah berakhirnya periode program untuk “TBC Community Engagement LKNU”, maka proses transisi program pun dimulai. Keberjalanan program akan diserahkan pada PR Komunitas yang baru yaitu Konsorsium STPI-Penabulu. Dalam pertemuan ini, terdapat paparan hasil penelitian yang disampaikan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, Yarsi TB Care, Yayasan Lentera Kesehatan Indonesia, dan Universitas NU Indonesia. Selain itu, LKNU menjelaskan mengenai evaluasi dan pembelajaran program selama 3 tahun. Lalu dilanjut dengan kegiatan pemberian testimoni oleh beberapa pihak dan jejaring LKNU yang selama ini terlibat. Dan ditutup dengan serah terima program secara simbolis dari SR Khusus LKNU ke Konsorsium STPI-Penabulu.

Diharapkan PR Komunitas yang baru dapat menjalankan tanggungjawab program selanjutnya pada periode 2021-2023 dengan sebaik mungkin sehingga target yang telah disepakati bisa tercapai. TBC tidak bisa diselesaikan jika hanya sektor pemerintah yang bergerak. TBC ada urusan bersama, kolaborasi yang baik perlu diperkuat oleh semua lintas sektor, termasuk dari sisi Organisasi Masyarakat/Perwakilan Komunitas, kelompok peduli TBC lain, serta tokoh masyarakat.

Saatnya satukan tekad menuju Indonesia Sehat dan Bebas TBC. TOSS TBC, temukan, obati, sampai sembuh TBC!

Berlangganan newsletter TBCIndonesia

Dapatkan update seputar Tuberkulosis di Indonesia

Artikel Lainnya